Cerita Rukoku (bag. 1)


Cerita ini terinspirasi oleh tulisan mbak Irma pemilik blog bintang timur yang berjudul pijatan virtual. Nge-ri. Tapi heran ya mbak irma masih betah meskipun selalu dicekam ketakutan setiap malam. Mengapa tidak pindah kalau gak nyaman? Rasanya pertanyaan itu sulit untuk dijawab mbak Irma bahkan olehku sendiri yang membuat pertanyaan. *sok tahu  ah. Bagaimana tidak? Rumah toko yang kutempati bersama suami dan anak-anakku selama tiga setengah tahun terakhir ini adalah rumah toko yang sangat menakutkan, tak hanya kata orang tapi dialami juga oleh penduduk ruko ini.
Sejak pindah 3,5 tahun lalu, aku dan suami merasa cocok tinggal di sini, luas, besar dan straregis. Pertama kali melangkahkan kaki masuk ruko, aku berdo’a pada Alloh agar aku dan keluarga dijauhkan dari makhluk yang tak nampak, tak saling mengganggu ataupun menyakiti sengaja atapun tidak. Mengapa demikian? Karena memang kami tak bisa melihatnya dan tak berharap bisa melihatnya.
Hari-hari berlalu, satu dua tetangga bercerita tentang hal-hal berbau mistik, dari yang suara-suara menyeramkan sampai wujud penampakan yang tak kalah menyeramkan. Meskipun agak keder aku tetap berusaha gak takut, lha wong kita cuman tinggal berdua karena 2 malam sekali abinya baru pulang dikarenakan urusan lembur kerjaan. Ya sudahlah, aku coba menguatkan hati untuk tetap berani. Beberapa malam abinya Fathan lembur, alhamdulillah tak terjadi apa-apa, aman. Sampai tanggal deadline kerjaannya, ia tidur 2 malam di kantornya dan aku mengalaminya. Kegiatanku seperti malam biasanya ketika abi tak pulang adalah menutup toko lebih awal dan segera tidur. Tapi kok selesai nidurin Fathan aku malah terbangun dan tak bisa tidur lagi.

#Hal aneh itu bermula
Tiba-tiba terdengar suara berdecit dari ruko sebelah, seperti suara kaki meja yang beradu dengan lantai di jam 12 tepat berbarengan suara lolongan anjing di rumah blok belakang. Karena kaget loncatlah aku ke atas kasur dan segera tidur setelah berdo’a. Sejak malam itu aku semakin sering mendengarnya hampir setiap malam. Aku meyakinkan diri bahwa itu bukan apa-apa dan gak seharusnya takut seperti ini. Karena rasa penasaran yang sangat (biarpun takut tapi penasaran juga), kutanyakanlah pada tetangga sebelah, tapi mereka bilang suara itu mereka dengar dari rumahku. Tak puas sampai di sini, aku tanyakan pada prt sebelah karena aku harus punya alasan untuk meyakinkan hatiku bahwa suara itu tak perlu ditakuti. Dari prt sebelah kuketahui bahwa ia juga mendengar suara itu dan majikannyalah yang berpotensi mengeluarkan suara gesekan meja dan lantai persis orang menarik meja karena hampir tiap malam ia membereskan meja setelah selesai dengan laptopnya. Bagiku suara derit meja yang kudengar hingga sekarang tak perlu kusikapi berlebihan kalaupun bunyi itu adalah hasil karya makhluk virtual (pinjam kata mbak Irma) aku sudah tak perduli toh aku sudah punya alasan untuk tak perlu takut.

18 thoughts on “Cerita Rukoku (bag. 1)

  1. Maunaaaa…saya nggak bisa pindah rumah karena yang di Garut ini kan rumah dinas, jadi sepanjang suami saya masih berdinas di Garut, rumah saya akan tetap disini…hehe, smoga sang makhluk nggak ngegangguin saya ah, kan sesama penghuni rumah…saya nyata, sedangkan dia virtual 😀

    Ah, ah…senengnya bisa komen pertama di blog Mauna!

  2. Tuh kan betul…posting ini memang sudah saya tunggu-tunggu!
    Ternyata di rumah Mauna juga suka denger suara aneh-aneh ya, wallahualam deh, Risa juga pernah denger dari suara-suara dari kamar mandi kamar depan *tengah malam pula, pas belum tidur*, katanya ada suara gayung yang beradu dengan bak mandi, tapi nggak kedengeran suara air… 😦

    Duh!

  3. wuuihh serem banget yachh….kantor aku yg dulu juga sereemm…kalo temen2 nginep di ktr..sering ngliat penampakan hiiyyyy……kalo aku ngga bisa nglihat…tp suka berasa klo “dia” lewat…..kayak ada angin…

  4. Bagi saya, selama belum melihat sendiri wujud hantu (kalo memang bisa dilihat dg mata telanjang), ngapain takut? 😆 Toh hanya suara2 aja, selama gak mengganggu tidur malam, tak masalah. :mrgreen:

Tinggalkan Balasan ke Ketua Suporter Barcelona cabang Jember Batalkan balasan