Terlambat Bicara


Ada kekhawatiran yang sangat kala itu ketika menyadari bahwa, “anakku terlambat bicara”. Bukan hal yang mudah, diolok-olok tetangga, teman-temanku dan teman bermain Fathan bahkan kakakku sendiri juga mencelaku karena Fathan dianggap memiliki kekurangan. Bermacam-macam komentar mereka, “kok gak bisa ngomong sih”, “udah gede kok belum bisa ngomong”, “Fathan bisu ya”, “kamu kali punya dosa” dan masih banyak lagi komentar mereka yang harus aku dengarkan tiap hari. Di usianya yang 2 tahun itu memang sudah terhitung terlambat bicara sekalipun laki-laki karena hanya kata “mah mah, eh eh” yang keluar dari mulutnya ketika akan meminta sesuatu.

Aku menerimanya, tapi bukan berarti pasrah dengan kondisi yang terjadi pada keluarga. Banyak saran yang teman-temanku lontarkan, mulai memintaku membawa Fathan terapi wicara ke dokter, menyuruhku minta maaf ke orang yang pernah kusakiti hatinya hingga memintaku melakukan hal-hal yang berbau tahayyul. Dan tentu saja aku yang selektif ini tidak langsung mengikuti semua yang teman-temanku sarankan. Apalagi menyangkut prinsip yang aku pegang. Tapi tidak lantas aku tak melakukan apa-apa untuk menstimulasinya.

Dan puncaknya ketika usianya 2 tahun 2 bulan, aku merasa sudah sangat terlambat ketika tidak ada yang berubah dari caranya berkomunikasi. Sedikit mereview ke belakang, mengingat caraku mendidik anak (secara langsung ataupun tidak). Aku dan suami yang menggunakan 2 bahasa sebagai bahasa harian di rumah (seperti tv saja bilingual) dan sebagai orang tua, kami terlalu cepat tanggap dalam menyikapi pemenuhan kebutuhan Fathan. Dua hal tersebut yang agaknya harus kami coba untuk merubahnya.

Masih mencoba sharing dengan teman-teman yang punya masalah yang sama dengan anak mereka dan mencari seribu satu cara masuk akal yang bisa aku terapikan ke Fathan secara langsung dari segala sumber termasuk om gugel. Aku yang selalu punya pandangan bahwa rumah adalah madrasah pendidikan pertama untuk anak, dan ibu adalah guru pertama. Berbekal macam-macam informasi, aku mencoba bangkit dan meyakinkan diri bahwa aku bisa jadi ibu yang baik buat anak-anakku tentu dengan campur tangan Allah. Setelah berdiskusi dengan suami dan membuat keputusan yang tepat untuk terapi wicara Fathan di rumah, mulailah kami melakukannya satu persatu dan kontinyu.

Dan kini, di usianya yang 3 tahun 2 bulan gantian aku dan suami yang kewalahan menanggapinya. Meskipun kadang capek menjawab pertanyaan-pertanyaannya, tapi masih jauh lebih senang mengetahui bahwa Fathan bisa bicara dan lebih pintar bicaranya dibandingkan anak-anak seusianya yang lebih dulu bisa bicara di tahun pertama mereka. Umi abi sayang kamu nak, sangat.

Inilah beberapa hal yang saya dan suami sepakati sebagai sesuatu yang kurang mendukung Fathan segera berbicara:

  1. Penggunaan 2 bahasa dalam keluarga, saya yang terbiasa dengan bahasa indonesia dan suami yang lebih banyak berbicara dengan menggunakan bahasa daerah membuatnya bingung bahasa. Tapi keuntungannya kini setelah ia bisa berbicara, dia juga mengerti ketika aku/suami menyuruhnya dengan memakai bahasa daerah. Dan tentu saja ada kekurangannya, aku tidak bisa berdiskusi dengan suami yang menyangkut Fathan sekalipun pakai bahasa daerah :-D.
  2. Cepat tanggap terhadap kebutuhan/permintaan anak bagus memang, tapi tidak selalu tepat diterapkan di setiap anak. Fathan yang sangat puas dengan reaksi cepat-tanggap abi-umi justru membuatnya tidak berkembang dan tidak berusaha untuk berbicara.

Dan berikut adalah cara saya dan suami coba terapkan selama terapi wicara pada Fathan di rumah:

  1. Menggunakan 1 bahasa sebagai bahasa harian, dan sesuai tempat tinggal kami mengharuskan kami memakai bahasa yang lebih mudah dimengerti semua orang indonesia, tentu saja bahasa Indonesia.
  2. Mencoba tidak pengertian terhadap kebutuhan anak (lebih kepada pura-pura) untuk memancingnya berbicara jika dia memerlukan atau meminta sesuatu. Jadi, selama terapi saya berusaha tidak memenuhi keinginannya sebelum dia berusaha berbicara dan menyebutkan apa yang menjadi keinginannya. Hilangkan perasaan tidak tega dan kasihan untuk keberhasilannya berbicara.
  3. Mengajak berbicara sekalipun dia belum bisa bicara dan yakinlah bahwa dia mengerti, termasuk mengenalkan padanya nama-nama benda satu per satu.
  4. Menstimulasi anak dengan lebih sering menperdengarkan padanya lagu anak-anak, baik dari uminya (atau orang yang lebih banyak waktu) langsung ataupun dari mp3. Juga banyak merangsangnya dengan tontonan anak-anak dengan bahasa yang ringan dan tentu saja harus selektif. Tidak semua tontonan anak baik untuk anak-anak.
  5. Mengajaknya bersosialisasi dengan teman-teman yang tepat.

Dan hal yang membuat Fathan lebih dari teman-temannya yang seumuran adalah, sekalinya ia bisa bicara ia langsung bisa menggabungkan beberapa kata menjadi sebuah kalimat untuk menyampaikan maksudnya. Awal-awal dia bisa bicara memang sedikit terbalik-balik, misal, seharusnya ia bicara, “umi ga pergi” menjadi “umi pergi ga” atau “ga makan” menjadi “makan ga”. Jadinya lebih mirip pertanyaan, setelah 3 bulan ia belajar mengatur kata yang lebih baik dan pas penggunaannya malah sekarang aku dan suami yang terheran-heran mendapatinya pintar berbicara. Dan satu lagi, sejak pertama ia bisa mengucapkan sebuah kata, ia ucapkan tanpa berkurang suku katanya, duduk, hujan, mama, papa, umi, abi dan maem. Pada umumnya pertama anak berkata duduk, biasanya bilangnya duk atau lebih tepatnya suku kata paling belakang. Fathan bisa mengucapkan sebuah kata sejak usia 1 tahun, hanya beberapa kata setelah itu bukannya bertambah namun malah menghilang sama sekali  digantikan seloroh “aah ah  aaah”, hingga usianya mencapai 2 tahun 3 bulan. Itu semua dikarenakan kami mengajarinya selalu dengan satu kata penuh tanpa membiasakannya dengan bahasa cadel. Dan kini aku pun sangat menikmati hasilnya… Alhamdulillah.

Sebuah kenangan yang sangat manis karena dengan cobaan yang Allah turunkan, aku dan suami diberi kesempatan untuk selalu belajar dan menjadi lebih baik.

Selain untuk kenangan kami, tulisan ini untuk memberikan semangat kepada orang tua yang mempunyai anak yang mengalami keterlambatan bicara, yakinlah bahwa kita sebagai orang tua orang yang paling dekat dengan merekalah yang harus mendidik dengan baik, dokter/sekolah terapi wicara juga berusaha dengan cara yang sama, maka kita sebagai orang tua yang setiap hari bersamanya harusnya lebih bisa. Dan saran untuk orang tua yang mungkin membiasakan anaknya dengan bahasa cadel entah sengaja/tidak sengaja atau hanya untuk lucu-lucuan sebaiknya dihentikan karena sedikit banyak mempengaruhi cara mereka berbicara/berkomunikasi.

Desember @rumahmauna, sebuah kenangan di tahun ini.

Menjadi lebih baik itu butuh usaha.

 

47 thoughts on “Terlambat Bicara

  1. Hmm,,, Mbak, saya pernah melihat di rak perpustakaan saya,, judulnya “Anakku Terlambat Bicara”, bukunya tebal dengan sampul warna putih, namun sayangnya saya belum sempat membacanya, jadi belum bisa berkomentar apa-apa,,

    Tapi yang jelas, salut dengan upaya Anda,,, ^^

    Salam kenal dan salam semangat selalu

  2. azkiya 19 bulan,,,biacaranya baru dadah, umi, lima, mba,,,
    selain itu ga jelas,,tapi ya itu membentuk kalimat mba…
    jadi saya saja yang pake feeling aja ngertiin maksud anak dan saya menjawab sefeeling saya aja,,tp sy usahakan tetep ngobrol ama azkiya…
    mudah2an semakin merangsang mba..^^

  3. Waaaaah…
    Setelah Fathan udah bisa bicara sekarang,.. pastilah mba Mauna seneng banget yaaa…dan akhirnya kewalahan sendiri menanggapinya….hihihi…

    Fathir juga belum bisa bicara tuh,…paling banter suka berkokok kalo laper…hihihi…minta ayam goreng maksudnya:)

  4. 🙂 saya dulu pas kecil bahasa jawa, madura, indonesia dan bahasa rahasia, karena di keluargaku sering pake bahasa rahasia…

    misal mak said untuk mengartikan : jangan bilang2… he he

    salam buat fathan!!

  5. wah, ponakanku jg ngalamin mslh ini. Udah 4 tahun, tapi kosa katanya ga lebih dari 10 buah, selebihnya cuma meracau 😥 kemungkinan krn dari bayi dia biasa nonton DVD film anak2 yg pake bhs Inggris bikin dia bingung krn di rumah pakenya bhs Indonesia.

    mudah2an ponakanku nanti bisa seperti Fathan, tolong doain ya Na. n salam kenal juga 🙂
    *btw, kemooon, jangan ber ‘mbak2’ ria lah, panggil nama aja, hehe…. berasa tuir nih*

  6. bisa jadi dee, tetanggaku yg anaknya diasuh ama ART dan tiap hari di setel in vcd bahasa inggris akhirnya jg gitu, bisanya cm menceracau ga jelas.
    smoga ponakan dee bisa segera ngomong ya..amiin

  7. kemaren waktu di kelas ada topik mengenai terapi bicara, ada seorang teman yang bilang bahwa adek kandung nya sampai umur 5 tahun juga belum bisa bicara,
    tapi sekarang sudah tumbuh normal,
    mungkin kasus nya juga sama yah seperti Fathan,
    jadi yang belajar gak cuman anak yah,
    orang tua juga
    🙂

  8. bener banget mbak .. keseragaman bahasa mempengaruhi keterampilan anak dalam berkomunikasi .. dari awal saya komite utk pakai bahasa indonesia saja .. apapun itu VCD nya atau buku 2 ceritanya .. salam kenal ya mbak .. makasih dah mampir 🙂

  9. Betul mbak, setuju banget sama quote menjadi lebih baik itu butuh usaha.. 🙂
    bagaimana pun juga kesulitan yang menimpa kita, bila kita mau berusaha mengatasinya, maka kemudahan itu akan datang juga… 🙂

    Selamat akhirnya fathan lancar berbicara, malah bikin bingung abi-umi, hehe,, moga makin hari, fathan makin pinter,, 🙂

    salam kenal saya buat fathan…

  10. Pentingnya komunikasi dan koordinasi orang tua, merupakan kunci keberhasilan menghadapi masalah anak sejak dini. hebat buat ketabahan Bu mauna, masalah bukan untuk dijauhi namun untuk diatasi, salam kenal. dan moga tahun baru ini makin sukses dalam pembinaan keluarga

  11. dulu anakku Farrell bisa bicara pas umur 3 tahun…yah itu memang salah kami juga, gak pernah ngajak bicara dengan Farrell…Akhirnya agak telat memang…Kalo sekarang umur Farrell sudah 7 thn , hhhhmmm banyak banget bicara…

  12. sama!! aku punya 2 anak laki-laki (Hasan 4th-Husain 1,8th) ngomongnya jg aga’ telat dulu Hasan umur 2th jg blm bisa ngomong eh skrg cerewetnya minta ampiun 😀 dan sekarang Husain pun begitu, yg penting sering diajak ngomong aj, dan dia mengerti apa yang kita omongkan..

  13. anak qu perempuan 2.7 thn skrng sdng proses terapi wicara di RS hermina ditmbh lg play group ditmbh lg tmp penitipan anak senin sd jum”at blom byk perubahan ni buuu knp y
    (krn lingkungan rmh komplek/sepi)

    • Mba susi. Saya juga sebenarnya kurang tau banyak tentang masalah wicara. Saya juga mencari-cari info di internet untuk masukan apa aja kiranya yg cocok untuk diterapkan kepada anak saya. Karena masing2 anak berbeda penyebab dan permasalahannya sehingga solusinya bisa jd berbeda pd masing2 anak. Kalo untuk share karena pengalaman mungkin saya bisa bantu.

  14. Anakku danis 20bln jgn blm bs bicara yg menunjukkan keinginannya. Hanya mama papa bapak mmuahh yayaya nonono, selebihnya hanya ngoceh2 saja. Danis blm mengerti perintah sederhana, kdg dipanggil namanya pun sering tidak mau menoleh. Dulu sih mmg krn terlalu srg nonton tv krn mamanya harus nyambi2 pekerjaan rumah. Khawatir banget, smp dgn saat 19 bulan aku bawa danis ke klinik tumbuh kembang,hasilnya didiagnosa delay speech. Namun aku belum mengikuti rangkaian terapinya. Perlahan2 aku jg sdg melakukan apa yg mba mauna lakukan, mudah2an membuahkan hasil.

  15. makasih nik.sbnarnya dio adalah anak yg aktif dn lumayan cerewet, skrng klo dia mau apa gitu bilang “ayo” entah dia ngajak apa aja ya katanya itu. manggil ibunya juga “abu” selain itu ya kemrecek bahasa bayi yg ga dimengerti plus tangisan. kekhawatiran itu sbnrnya datang pada diri sendiri. bisa dibilang ibunya nih pribadi yg ga pinter ngajak ngomong, bisa sihhh hehee- cm klo aq liat tetangga yg bisa asyik bercengkrama ama balitanya walopun blm bs ngomong…iri bgt. suka bingung sendiri ama yg namanya obrolan ibu-balita. sampai akhirnya, saya putuskan untuk keluar dari ‘batas’ diri saya, menjadi ibu yg (paling gak) bisa bikin dia ketawa, bisa ngajak bernyanyi (yg dlu kyk ga mikir sama sekali buat nyanyiin dio) , semua bukan untuk merubah jati diri saya, tp hanya sekedar memindahkan posisi pemikiran kita pada anak. tidak ada salahnya kan, mendorong sedikit keluar batassaya ttp pribadi yg tak bnyk bicara, tp mencoba lbh “aktif bicara” dg si Dio. trim ya nik,,,,…kecuppp nih hehe

  16. tenkyu ya nik bwt tulisan nya.. so pasti bermanfaat bgt. semoga q-suami-uti-akungnya bisa menerapkan itu.. dan kami bs komitmen akan itu.(meskipun agak susah klo bwt kung-uti nya hiks) hasna 18m bisa bilang lengkap itu bilang ayah, cicak, e’ek. katak itu kadang2 lengkap kdg ya jd “atak”. trus maem jd aem.”mintak” jd “tak”, tp kadang itu “tak” berlaku untuk kata “kereta, minta, dan katak” hehehehe dia mungkin bingung jg dgn bahasa bilingual kami, finally dia bukan bilang “ikan” tp “iwak”, kalo pas maemnya habis bilangnya “tek” alias “enthek”.. kadang jg bilang mama, papa. padahal kami ngajarinnya “ayah-bunda”. (mosok harus merubah panggilan demi kemudahannya bicara hehehe) kdg2 aja bilang “nda”.. memang keberhasilan itu butuh usaha. plus ekstra sabar.kemarin q mencoba treatment itu tp blm berhasil, harus nabung sabar berlebih. aplg klo masalah bilingual, suami dan q bisa pke bhs indonesia.tp akung-uti always javanese language 😦
    semoga dia tidak terlambat bicara, hanya saja dia sedang belajar untuk bicara ^_^

    • Coba mba desy dtg ke RS atau rumah terapi (dini centre) yang menyediakan terapi untuk anak di daerah mb desy. Untuk terapi wicara anak, kami(saya dan suami) sepakat tidak memakai ahli terapis. Karena pada prinsipnya, kitalah sebagai orang tua yg bisa menjadi terapis terbaik untuknya

  17. Ini yg sedang ku alami, anak ketiga ku 2thn 3 bulan akhir Nov ini masih belum banyak bicara, hanya mama papa maem emoh gak ta ta ta selebihnya gak jelas spt hidung jd dudung, mata jadi ata … Begitu baca tulisan mbak, aku jadi kilas balik juga kenapa koq terlambat ya, dan bbrp hal terjawab sudah, salah satunya terlalu cepat tanggap apa yg diminta anak dituruti, trus sering nonton DVD anak yg berbahasa Inggris dll … Dari aku nya juga akhir2 ini sudah berusana banget gak terlalu cepat memberikan apa yg dia mau, tp anaknya pasti nangis jadinya kkkk … Ya pelan2 sudah kucoba, semoga gak pakai lama dan sukses spt mbak

Tinggalkan Balasan ke dina Batalkan balasan